...live your life.

Sunday, November 14, 2010

TOPENG (Sinopsis)

“TOPENG”
By. FHS
Pada bulan maret tahun 1995 terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan di kota Surabaya. Peristiwa itu adalah penemuan travel bag yang berisi potongan tubuh manusia di ruang tunggu keberangkatan Stasiun kereta api. Travel bag itu ditemukan oleh salah seorang penjaga kebersihan yang sedang bertugas waktu itu. Setelah dilakukan autopsi, untuk sementara diduga bahwa korban mutilasi berjenis kelamin laki-laki dengan usia antara 9 hingga 13 tahun. Menurut keterangan saksi pertama, pada malam itu ada seorang pria bertubuh kekar membawa travel bag dan duduk di ruang tunggu keberangkatan. Pria itu berkulit hitam, sepertinya berasal dari suku Papua atau kemungkinan juga seorang turis yang berasal dari Afrika. Menggunakan syal berwarna coklat, mantel hitam, topi cowboy dan berkaca mata hitam. Setelah itu saksi ini tidak mengetahui kelanjutannya karena dia harus menaiki kereta yang akan berangkat ke Jakarta. Keterangan saksi pertama dibenarkan oleh saksi kedua. Yaitu bahwa dia sempat berpapasan dengan pria yang dimaksudkan di pintu exit. Saat itu dia akan masuk ke stasiun untuk menjemput salah seorang kerabatnya yang baru tiba dari Jogjakarta. Karena menurutnya pintu exit tidak dijaga oleh petugas, maka dia masuk lewat pintu exit. Saat itulah mereka berpapasan bahkan hampir bertabrakan. Saksi kedua ini menyatakan bahwa saat itu pria yang dimaksudkan tidak membawa barang apa pun. Untuk sementara keterangan ini mengarahkan para petugas kepolisian kepada satu pelaku. Polisi agak kesulitan untuk melacak identitas pelaku karena tidak ditemukan sedikit pun sidik jari pada travel bag tersebut. Dugaan sementara bahwa pelaku sering menggunakan sarung tangan untuk mengaburkan identitasnya.
Satria adalah seorang detektif. Saat ini dia sedang menangani kasus hilangnya anak laki-laki dari seorang Dirut perusahaan swasta terkenal di Jakarta. Anak ini bernama Bryan. Bryan secara misterius hilang pada 3 bulan yang lalu. Saat itu sopir yang biasanya menjemputnya di sekolah tidak menemukan Bryan. Saat ditanyakan ke beberapa teman sekolahnya, mereka hanya menginformasikan bahwa Bryan saat itu sudah dijemput menggunakan mobil sedan. Sopirnya tidak jelas terlihat karena kaca sedan itu gelap. Hal ini kemudian dilaporkan kepada polisi dengan laporan penculikan. Satria menemukan jalan buntu karena sampai saat ini penculik tidak pernah menghubungi keluarga untuk meminta tebusan. Tapi pencarian tetap terus dilakukan hingga berita mengenai hilangnya Bryan sudah disebarluaskan baik melalui surat kabar maupun stasiun televisi. Satria juga sudah menurunkan intel di setiap lokasi strategis untuk melacak pelaku penculikan.
Berita mengenai penemuan potongan tubuh yang dicurigai berjenis kelamin laki-laki dengan usia kira-kira 9 sampai 13 tahun di Surabaya mengganggu pikiran Satria. Insting Satria mengatakan bahwa kemungkinan itu adalah mayat Bryan. Hanya saja dia tidak mau mengembangkan pikiran negative tersebut. Dia tetap yakin bahwa Bryan masih hidup. Hal ini selalu dia katakan ketika berhadapan dengan keluarga Bryan untuk menenangkan mereka. Namun Satria tetap merasa gelisah, bahkan dia sering memimpikan Bryan. Dalam mimpinya, Bryan sering datang dengan rupa yang sangat menyeramkan. Hal ini sangat mengganggu Satria hingga dia memutuskan untuk bertemu dengan seorang psikiater. Namanya Pak Minto.
2 minggu setelah penemuan potongan tubuh di Surabaya, terjadi penemuan potongan tubuh lainnya di kota Bandung. Potongan mayat ini juga ditemukan dalam travel bag. Travel bag diletakkan di dalam bagasi bus antar kota dan ditemukan oleh seorang kondektur bus. Sangat susah untuk mengidentifikasi potongan mayat ini karena yang ditemukan hanya potongan kaki dan tangan. Tapi diperkirakan bahwa korban adalah anak berusia antara 8 hingga 10 tahun. Temuan ini kemudian dikaitkan dengan penemuan potongan tubuh sebelumnya di Surabaya. Dari hasil tes DNA diketahui bahwa penemuan potongan tubuh di Bandung berasal dari korban yang berbeda. Artinya dalam 2 minggu ini sudah ada dua anak kecil yang menjadi korban pembunuhan dengan modus mutilasi. Setelah mendengar berita ini, Satria kemudian menyimpulkan bahwa kasus itu adalah kasus pembunuhan berantai. Walaupun demikian pihak reskrim Bandung belum mau terlalu jauh menyimpulkan hal ini karena tidak ada saksi ataupun petunjuk yang mengarahkan kepada pelaku pembunuhan di Bandung.
Satria teringat akan kasus pembunuhan serupa yang dia tangani pada 1 tahun yang lalu. Kasus itu sudah ditutup karena pelakunya sudah tertangkap dan sekarang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Pelaku dinyatakan mengidap suatu kelainan jiwa sehingga perlu mendapatkan perawatan. Satria merasa perlu untuk mengunjungi pelaku itu. Mungkin dari sana dia bisa mendapatkan suatu petunjuk. Konon setelah perbuatannya terungkap, pelaku menjadi depresi, dan sering berbicara sendiri. Pelaku tidak mau diajak berbicara kecuali dengan psikiaternya, Pak Syamsul. Terkadang dia menangis meraung-raung lalu berteriak dengan keras. Melalui psikiaternya inilah Satria berupaya untuk berkomunikasi dengan pelaku. Satria memberikan daftar pertanyaan kepada psikiater untuk ditanyakan ke pelaku. Walaupun psikiater sudah menyarankan bahwa hal itu akan sia-sia karena jawaban pelaku tidak akan masuk akal, Satria tetap bersikeras. Wawancara pun berlangsung yang kemudian harus diakhiri karena pelaku tiba-tiba kumat, menangis lalu berteriak-teriak sendiri. Ketika pelaku dibawa menuju ruangannya, Satria sempat berpapasan dengannya. Pelaku semakin menjadi-jadi dan berteriak “pembunuh…pembunuh…” sambil tertawa meninggalkan Satria. Satria pun kembali ke markasnya setelah mendapatkan informasi dari psikiater tersebut.
Mimpi buruk sering dialami oleh Satria akhir-akhir ini, hal ini membuat Satria sering mengunjungi psikiater. Selain itu Satria juga sering berkonsultasi dengan atasannya Pak Wibowo mengenai kasus yang sedang berkembang saat ini, juga mengenai kasus penculikan yang dia tangani saat ini yang sepertinya menemui jalan buntu. Terkadang Satria harus lembur hingga larut malam demi mencari petunjuk mengenai kasus yang sedang dia tangani. Dan mimpi buruk itu pun masih terus menghantuinya. Beruntung Satria memiliki teman bernama Norma. Dia adalah seorang polwan. Satria sering menumpahkan keluh kesah kepada Norma. Lama-kelamaan Satria menaruh perasaan suka kepada Norma. Merekapun berpacaran. Satria pernah mengatakan kepada Norma bahwa wajah Norma mirip dengan mamanya yang sudah lama meninggal akibat kebakaran. Saat itu Satria berusaha menolong tetapi terlambat. Mamanya sangat sayang kepada Satria dan sering melindungi Satria dari amarah ayah tirinya.
Dalam melaksanakan tugas, Satria selalu didampingi oleh seorang rekan bernama Cahya. Cahya adalah seorang detektif berpangkat setingkat lebih rendah dari Satria. Namun karena daya analisanya yang tinggi serta kemampuan fisiknya yang bagus membuat satria senang untuk berpasangan dengannya. Hanya saja Cahya sepertinya terlalu ingin mencampuri kehidupan pribadi Satria sehingga terkadang Satria merasa jengkel dan risih kepada Cahya.
Penemuan potongan tubuh mayat kembali terjadi berulang kali. Modusnya sama yaitu ditaruh di dalam travel bag. Pihak kepolisian perlu bekerja keras untuk mengungkap kasus pembunuhan ini. Pada suatu penemuan potongan tubuh di Jogjakarta, ditemukan potongan kepala di dalam travel bag. Kepala ini memang sudah busuk, namun polisi masih dapat merekonstruksi wajah korban. Dan ternyata, potongan kepala ini adalah milik Bryan. Untuk memastikan dilakukan tes DNA dan ternyata sesuai. Berita ini diterima oleh Satria, dan Satria merasa sangat terpukul karena dia tidak sanggup menyelamatkan nyawa Bryan. Ternyata instingnya selama ini benar. Keluarga Bryan pun sangat terpukul dengan berita ini. Sebagai pertanggung jawaban Satria, dia berjanji untuk menangkap pelaku pembunuhan. Kali ini polisi mengarahkan pada pelaku yang sama. Artinya bahwa kasus ini merupakan kasus pembunuhan berantai. Satria meminta kepada Pak Wibowo untuk mengikutkan dia ke dalam penyelidikan kasus ini karena menurutnya dia sudah pernah menangani kasus serupa. Selain itu Satria sudah berjanji kepada keluarga Bryan untuk menangkap pelaku pembunuhan yang telah menghabisi Bryan. Satria juga mengajukan Cahya rekannya untuk ikut serta karena dia memiliki daya analisa yang sangat baik. Pengungkapan kasus pembunuhan ini semakin menemukan titik terang karena kepolisian berhasil menemukan pola pelaku dalam melancarkan aksinya. Sepertinya pelaku mengajak polisi untuk mengikuti pola yang dirancangnya. Dengan menganalisa nomor kombinasi kunci travel bag yang ditinggalkan pelaku, polisi dapat menebak siapa yang menjadi korban berikutnya. Sasaran pelaku berikutnya adalah cucu laki-laki dari seorang direktur perusahaan tekstil terkenal di Bekasi. Polisi harus bertindak dengan cepat karena pelaku dapat saja segera melancarkan aksinya. Di rumah direktur itu akhirnya ditempatkan polisi yang bertugas untuk mengamankan. Tetapi pelaku ternyata sangat pintar mengelabuhi petugas yang berjaga sehingga berhasil membawa kabur korban. Namun beruntung, Cahya berhasil memergoki dan mengejar pelaku. Aksi kejar-kejaran terjadi antara pelaku dan Cahya. Pelaku berhasil lolos dari kejaran cahya dan berhenti pada sebuah pabrik tua.
Satria ternyata sudah berada di pabrik itu dan berusaha untuk mengejar pelaku. Si pelaku terus berlari menghindari Satria. Sementara Satria terus berlari mengejar pelaku, ada perasaan aneh yang dirasakan oleh Satria. Dia merasa sedang berlari mengejar seseorang tetapi di saat yang bersamaan dia juga merasa sedang berlari menghindari kejaran seseorang. Kemudian terjadi hal yang aneh dalam dirinya. Dia merasa bahwa dia memiliki diri yang lain yang akan memisahkan diri. Begitu hebatnya gejolak yang terjadi hingga dia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Kemudian Satria menyadari bahwa dia sedang membawa seorang anak kecil. Anak kecil yang merupakan calon korban pelaku pembunuhan yang selama ini dia lindungi. Sesaat kemudian dia berubah lagi menjadi bengis dan memiliki jiwa pembunuh. Dia ingin segera bercinta dengan anak itu lalu membunuhnya. Tetapi kemudian dia berubah lagi menjadi seorang Satria. Seorang detektif dengan naluri memberantas kejahatan dan melindungi masyarakat. Seorang detektif yang sedikit lagi akan mengungkap kejahatan pembunuhan berantai selama ini. Perubahan kepribadian ini terjadi berganti-gantian dengan cepat sehingga tampak sekali bahwa sedang ada dua pribadi dalam satu tubuh. Sementara Satria mengalami perubahan kepribadian, Cahya ternyata berhasil menyusul Satria dan meminta Satria untuk segera menyerah. Satria berusaha mengelabuhi Cahya agar Cahya dapat melepaskan dia, namun Cahya tidak terpengaruh. Satria kemudian menembak Cahya, namun Cahya juga sempat melepaskan tembakan. Mereka sama-sama tersungkur jatuh. Tak lama kemudian satuan polisi berhasil sampai ke TKP dan mengamankan lokasi. Di TKP ditemukan barang bukti berupa topeng yang sering digunakan pelaku serta travel bag yang berisi gergaji dan pisau. Semuanya ditemukan di mantel dan bagasi mobil Satria. Dari pengusutan ternyata Satria adalah pelaku pembunuhan berantai selama ini.
Beruntung bahwa Satria dan Cahya masih hidup. 1 tahun telah berlalu. Sekarang Satria berada di rumah sakit jiwa. Dia divonis memiliki perilaku menyimpang, kepribadian ganda. Satria hanya dapat tersenyum kepada Cahya yang datang mengunjunginya. Dia melambai kepada Cahya dengan telapak tangan yang tampak terluka akibat api. Di samping Cahya ada Pak Wibowo kepala RSJ, Pak Syamsul dan Pak Minto yang sebenarnya adalah psikiater Satria, dan Ibu Norma seorang perawat RSJ yang selama ini dianggapnya sebagai pacarnya. Sampai saat ini Satria masih sering mengalami perubahan kepribadian.
Penokohan:
Satria adalah seorang yang berkepribadian ganda. Kepribadian utamanya adalah sebagai seorang detektif yang bertugas untuk menyelidiki kasus hilangnya seorang anak direktur perusahaan swasta terkenal di Jakarta. Namun pada sisi yang lain Satria memiliki kepribadian psikopat, paedophilia yang telah membunuh banyak korban lalu memutilasi mayat korban. 
Orang tua Satria sudah bercerai sejak dia masih kecil. Sejak itu Satria tinggal bersama ibunya. Ibunya kemudian kawin lagi dengan seorang pengusaha yang kaya raya. Ayah tiri Satria adalah seseorang yang memiliki kelainan orientasi seksual (biseksual). Dia sering menyiksa Ibu Satria bahkan sering melakukan sodomi kepada Satria. Suatu saat Ayah Satria pulang dalam keadaan mabuk lalu membakar seisi rumahnya. Satria berhasil meloloskan diri namun Ibunya mati dalam kebakaran itu walaupun Satria sempat berupaya menolongnya. Karena ingin menolong Ibunya, telapak tangan Satria terluka hingga tidak memiliki sidik jari. Sejak saat itu Satria menjadi sangat benci dengan Ayah tirinya. 
Entah bagaimana caranya Satria bisa diterima di Kepolisian. Sejak memasuki Akademi Kepolisian, Satria mengalami hal-hal yang aneh. Satria sering berganti-ganti kepribadian. Perubahan yang mendadak ini menimbulkan kecurigaan bagi sahabatnya Cahya. Saat Satria menjadi pribadi psiko, dia senang untuk bercinta dengan seorang anak kecil. Setelah puas bercinta, anak itu kemudian di bunuh dan dimutilasi. Namun demikian, sebagai seorang psiko, Satria pintar untuk menyamar dan mengelabuhi pihak kepolisian. Dia menggunakan topeng dari bahan yang mirip kulit dengan tekstur wajah yang sempurna untuk menyamarkan wajahnya. Selain itu dia juga membuat pelapis telapak tangan sangat tipis yang dapat menyamarkan luka bakar pada tangannya. Semua ini diciptakan sendiri oleh Satria, dan hal ini semakin menyulitkan pihak kepolisian untuk melacaknya. Hanya saja, Satria suka “bermain-main” dengan kejahatannya, meninggalkan pola yang dapat ditebak dengan mudah oleh rekannya (Cahya). Akhirnya Cahya sendiri yang berhasil menguak kejahatan Satria, walaupun sebenarnya Cahya sendiri tidak percaya bahwa Satria adalah pelaku utama kejahatan itu.


Sifat Cerita: Alur mundur

Tuesday, November 2, 2010

Permen Jahe Untuk Wulan (Sinopsis)


“PERMEN JAHE UNTUK WULAN”
Wulan adalah siswi SMU kelas 11 jurusan IPA yang sangat mengagumi Stanley. Stanley adalah kakak kelas Wulan yang berparas ganteng, macho dan sangat diidolakan oleh para siswi karena dia merupakan salah satu anggota tim bola basket di sekolah. Wulan sering membayangkan Stanley menjadi pacarnya. Setiap hari pikiran Wulan selalu dibayangi oleh wajah Stanley. Bahkan Stanley sering hadir dalam mimpi Wulan. Akan tetapi Wulan sadar bahwa dirinya tidak cukup seksi dan cantik untuk menarik perhatian Stanley.
Wulan memiliki teman sekelas bernama Cupu. Cupu bertampang kuper dan agak jadul. Cupu gemar sekali menghisap permen jahe. Baginya jahe memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Cupu ingin berbagi manfaat jahe kepada Wulan. Namun sayang, Wulan pernah trauma dengan jahe di masa kecil hingga saat ini membenci jahe.
Suatu saat Stanley meminta bantuan Wulan untuk merancang acara ulang tahunnya yang ke-17 di rumah Stanley. Stanley meminta Wulan untuk menyusun acara pesta kebun dengan konsep jahe. Tentu saja Wulan tidak menolak. Namun Wulan menjadi bingung untuk merancang acara dengan konsep jahe karena dia sendiri sangat benci dengan jahe. Untung ada Cupu yang bersedia membantu Wulan. Hubungan Wulan dan Cupu kemudian menjadi akrab karena mereka bekerja bersama dalam merancang acara Stanley.
Di balik niat Wulan untuk membantu Stanley, ternyata Wulan memiliki harapan yang besar kepada Stanley. Dia berharap saat acara pesta nanti Stanley memberikan kejutan dengan menjadikan Wulan sebagai pacarnya. Ternyata kenyataan berkata lain. Stanley sudah memiliki orang lain untuk dijadikan pacar. Hati Wulan hancur dan berbalik membenci Stanley. Akan tetapi Cupu berhasil menghibur Wulan dan menenangkan hatinya. Beberapa waktu kemudian, Cupu ternyata pindah sekolah ke kota lain. Wulan yang sudah mulai akrab dan senang kepada Cupu merasa sangat kehilangan dengan kepergian Cupu.
Wulan berhasil menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMU dan memperoleh prestasi akademik yang sangat baik. Hal ini membuat dirinya diterima di Institut Pertanian Bogor tanpa mengikuti tes. Wulan akhirnya melanjutkan kehidupannya di kota Bogor. Dan ternyata di sana Cupu telah menanti kedatangannya.